Selasa, 11 Agustus 2015

Momen ‘Saling Mewarnai’


Oke, mari kita lanjutkan lagi kisah ini…. Hehe… lebay kali…
Banyak hal yang aku tahu tentang ciwik setelah momen pertemuan itu, cerita dia sebelum nya, keluarga, saudara, dan profesi…. Hah….
Pertemuan itu mengkoneksikan dua benang yang sebelumnya belum pernah bertemu. Kedekatan hubungan kami bisa dibilang seperti pengendara motor dengan helm yang berjalan di kawasan tertib lalu lintas. Selalu ada, dan tidak akan lengkap jika tak ada dia bersama ku…. Walau kenyataannya berbeda.
Rutinitas kita di Sabtu sore
Hubungan kami memang dekat, tapi tak seintens pertemuan yang kami lakukan. Pertemuan-pertemuan itu tidak bisa diprediksi. Kadang sering bertemu, kadang hanya satu minggu sekali, atau malah dalam satu minggu hanya bertemu beberapa saat. Hanya dalam hitungan jam, dan bisa didikte dengan jari-jari tangan. Kesibukan kami satu sama lain, membuat hubungan ini lebih terbumbui dengan kerinduan. Kuat rasa ingin bertemu, tapi ruang gerak tak memungkinkannya.
Memang, ku akui profesi ku lah yang cenderung jadi penyebab hal itu. Tapi sebelum hubungan itu terjun dan terjerembab lebih dalam, aku sudah pernah menjelaskan. Waktu yang kuberikan untuk nya akan jadi sesuatu yang tak diharapkan. Sebab, rasa tanggung jawab ini menuntutku untuk mengorbankan yang lain. Sekalipun itu keluarga ku. ‘attention : Ini kesalahan yang tak bisa dimaafkan nampaknya….
Walau demikian, hubungan kami tetap bisa langgeng. Setidaknya satu tahun kami lalui bersama, dalam sisi pemikiran yang sama. Saling mengisi dan berbagi, apa saja, semuanya…… hampir semuanya…..
Warna warni hubungan yang kujalani dengannya membuat aku full, bulat menyatakan bahwa, ‘I will persist here no matter what happens’…… Untuk membuktikan hal itu, aku melakukan semua upaya yang bisa mewujudkan harapan. Harapan yang terlanjur sudah mulai dilukiskan ke konsep di masa mendatang. Aku dan dia. Kami saling terbuka, satu sama lain, tak ada lagi yang ditutup-tutupi. Bahkan sesuatu yang benar-benar sesyuwatu …….
Hubungan ini mulai meluas, tak hanya aku dan dia,……
Kerajaan ku di tanah Jawa mulai mengenal siapa dia, serta alasanku mengenalkan Ciwik ke mereka. Semua pun bisa menerima, tak ada catatan apapun yang diberikan dari mereka untuk dia. Hanya sempat timbul pemikiran sesaat dari Ayahanda, sedikit ‘cacat’ yang tak begitu mengganggu ku sebenarnya. Namun, itu hanya berlangsung semalam saja…… Aku tahu, dia orang yang bijak sana, tak lagi memaksakan kehendak pada anak-anaknya yang mulai belajar sesaknya kehidupan.
Seolah gayung bersambut, aku pun mengenalkan diriku pada keluarganya. Mulai dari dua orang tua Ciwik yang sederhana. Sesederhana hubungan kami,,,, ecciyee…….
Kau selalu tersenyum
Namun, kesan pertama yang kuhadirkan nampaknya justru jadi boomerang. Entah apa kesalahan yang kuperbuat, hingga ‘aku merasa’ jika mereka menilaiku bukan orang yang tepat untuk sesuatu….. Oke, kuhadapi kenyataan itu dengan santai, fly, dibantu dengan sedikit bumbu-bumbu tembakau…. Perkenalanku berlanjut ke keluarganya yang lain, mbak, dan pamannya. Itulah kejawen, meskipun aku merasa nyaman berada ditengah-tengah mereka, tapi ternyata perasaan sebaliknya dirasakan oleh mereka….. (Sepertinya begitu)… tak pernah ada penjelasan yang benar-benar jelas untuk yang satu ini.
Selama enam bulan, aku coba melakukan pendekatan yang nampaknya hampa, semua sia-sia…. Aku tetap tak mendapatkan restu dari kedua orang tuanya, untuk jadi sesuatu. Entah karena aku ‘masih kecil’ atau karena profesiku yang dikhawatirkannya tak memberikan kenyamanan bagi anaknya, atau karena darah Sumatera mengalir dalam daging ini.
dan tetap tersenyum
Ah,,,sudahlah, aku menepis semua fikiran negative yang menghantui hubungan ini. Semua momen suka, duka, tangis, tawa, canda, lucu, susah, kaya, miskin, semuanya kami lalui…. Aku tak pernah berfikir ada penghalang antara kami. Sewajarnya hubungan sepasang laki-laki dan perempuan ketika menginjak usia 20 an. (^_^).
Tawang Mangu, Jogjakarta, Madiun Kota dan Kabupaten, Magetan, semua jadi kota sejarah yang pernah mencatatkan cerita kami sebenarnya. Aku pun makin termotivasi untuk memenuhi ini itu, persiapan masa depan, termasuk Redbull (Corro) kesayangan….’
Momen-momen yang pernah kulalui, Spesial Sambal, NSC Sun City Mall, NSC Timbul Jaya Plaza, Matahari, Stadion Wilis, Liputan Telaga Wahyu, Biro Lawu Magetan, isi kulkas, buah, es krim, kentang goreng, sirup, susu, keju, etc.
Terakhir, momen dimana aku yakin bahwa dia benar-benar orang yang tepat, ketika aku terpuruk jatuh. Sakit, akibat lakalantas yang memberikan tanda fisik di jempol kakiku….. Sudahlah,, semuanya kenangan….. setelah itu… rasanya tidak banyak yang kuingat.

……to be continued…..

Kamis, 06 Agustus 2015


The Moments 'Pertemuan'
Berapa lama aku tak lagi merangkai kata dan kisah di ruang ini. Padahal banyak rasa hambar yang aku rasakan saat menjalani beberapa momen di Daerah kelahiran ibunda ku tercinta. J. Hari ini aku mulai menekan lagi tombol-tombol hitam bermotif huruf di kamar tidur yang juga ruang kerjaku.Oke… Cerita ini mungkin agak konyol, dan panjang. Bahkan mungkin bisa sampai berseri. (tergantung mood, hehe…)
Ini tentang Pertemuan,

Tapak awal perjalanan
Hituangan bulan sudah aku berada di tanah pesilat Kota Madiun. Anggap saja pertemuan itu dimulai setelah tiga bulan aku berprofesi sebagai wartawan anyaran. Peretemuan ini terjadi tanpa disangka dan diduga tiga bulan pasca meletusnya Gunung Kelud, Kediri (13 Februari 2014). Ini juga yang mengawali cerita aku dan dia.
Pasca terserang gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berkolaborasi kompak dengan gejala tipes. Orang tua ku jadi punya alasan untuk memulangkan ku kembali ke tanah Sultan Mahmud Badaruddin Sumatera Selatan. Mereka meminta ku untuk kembali meniti karir dengan profesi yang memiliki waktu kerja lebih wajar dari saat ini (hehehe….. #agak licik). Namun, pertemuan itu merubah segalanya. Aku jadi memiliki sepuluh alasan untuk menepis satu permintaan ibu dan bapakku di sana (Martapura, OKU Timur, Sumatera Selatan).
Aneh memang, aku akui ini aneh, tapi benar ini nyata… Fakta… Fenomena…. Seperti yang aku sampaikan sebelumnya, ini hal yang tak disangka………………….loading sarver…………….
Aku bisa bertahan satu tahun lebih dengan suasana pekerjaan ekstra pressure ini. Bahkan, aku jadi cenderung bisa menikmatinya dengan berbagai alasan. Pertemuan itu salah satunya.
Awal konflik
Entah kapan pertemuan ini diawali. Aku Cuma ingat saat itu Mei 2014 di ruang IGD rumah sakit milik pemerintah Provinsi Jawa Timur. Niat hati mencari seorang finalis Putri Indonesia yang diisukan jadi salah seorang dokter muda di tempat itu. Eeeh,,, arah kaki menyasar salah satu ruang kecil di pojok kanan instalasi gawat darurat itu. Seorang perempuan mengenakan pakaian serba hijau semacam baju perawat operasi medis. ‘’Enggeh mas….’’ Kata-kata pertamanya yang masih terngiang di sini….. (nunjuk ke otak)
‘’Mmm… Maaf mbak pernah dengar g ? ada putri Indonesia magang disini,…, atau mungkin itu mbak ?’’ modus ku…. Wkwkwkw. ‘’Karena secara face (sok English) wajah mbak itu udah pas,’’ sambung kata-kata ku disambut dengan gelak tawa dia -sebut saja namanya Ciwik-.
Pertemuan itu jadi gerbang awal pompa semangatku bertahan di Kota Pecel, Pesilat, dan Gadis Ini. ….. Pertemuan yang singkat itu
to be continued…..