Rabu, 29 Juli 2015

 
Mengenal Noviana Wahyu Surtini, Pelawak Asli Magetan

Gerakan Lucu Jadi Andalan, Hadapi Cemooh Dengan Senyuman.

Tidak mudah menjalani profesi sebagai pelawak atau comedian. Seperti pekerjaan yang dilakoni Noviana Wahyu Surtini, salah seorang pelawak asli Magetan. Berbagai cemooh masyarakat yang tidak suka dengan perannya kerap diterima. Namun, tantangan-tantangan tersebut diterimanya dengan lapang dan pikiran jernih. Sebab, dirinya merasa apa yang dilakukan semata untuk menghibur penonton sesuai tuntutan profesinya. Bagaimana kisah pengalaman karir yang diterima Ana-panggilan akrab Noviana- selama menjalani profesi itu ?
WAHYU BUDIANTO, Magetan
Sebuah rumah kecil di ujung deretan pertokoan Dukuh Ngerong, Desa Dadi, Plaosan Magetan nampak asri. Bunga hias tersusun rapi di depan jendela kaca besar yang ada di muka. Rumah yang pernah digunakan untuk usaha warung telekomunikasi (wartel) itu kini dipakai Noviana Wahyu Surtini untuk sekedar bersantai siang. Ana-nama beken Noviana- seorang perempuan multi talenta yang lahir di Magetan 15 November 1978. Kini, dirinya dikenal sebagai seorang pelawak yang kerap tampil di berbagai acara-acara hiburan. ‘’Sebenarnya basic saya itu menyanyi, nari, dan sinden, tapi sekarang saya malah lebih sering diminta ngedar (melawak, Red),’’ tuturnya pada wartawan Jawa Pos Radar Lawu.
Sudah berpuluh-puluh tahun perempuan 37 tahun itu terjun di panggung hiburan. Mengawali karir sebagai seorang penari sejak kelas enam SD. Kemudian, beranjak ke SMP Ana mulai mencoba belajar menyanyi. Kepandaian Ana di kedua bidang itu kemudian membawanya untuk ikut dalam kelompok seni budaya Jawa. Ana diminta menjadi sinden dalam kelompok karawitan dan biasa mengisi acara di pesta pernikahan masyarakat. ‘’Darah seni ngalir dari kakek yang pemain music dan ibu pecinta seni tradisional,’’ imbuh Ana.
Seiring waktu, Ana kian sering tampil mengisi acara-acara di berbagai tempat, termasuk agenda Kabupaten. Dia diminta membawakan tarian tradisional Jawa yang sebagian besar memang dikuasainya. Namun, di sela-sela tampil, tak jarang Ana memberikan sepatah dua patah kata pembuka untuk mengawali pertunjukan. Untuk menghidupkan suasana, terkadang kata-kata lucu keluar dari Mulutnya. Kata-kata tersebut makin membuat terpingkal-pingkal penonton kala dirinya menampilkan gerakan-gerakan tertentu. ‘’Padahal, dulunya saya itu pendiam,’’ ungkap Ana.
Sejak saat itu, dirinya jadi salah seorang pegiat seni yang sering diminta untuk mengikuti acara ke luar daerah. Seperti ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk tampil dalam even pagelaran budaya. Professionalitas nya ditunjukkan saat berada diatas panggung. Salto merupakan salah satu gerakan khas yang biasa dibawakannya untuk menghibur penonton. Bahkan, gerakan dinamis itu tak luntur dilakukan meskipun Ana sedang mengenakan baju kebaya, lengkap dengan kain jarik, dan sanggul. ‘’Kalau sudah dengar music reog, ya otomatis gerak sendiri,’’ ujarnya lantas tertawa.
Istri dari Agus Rohmani itu mengaku all out saat sudah berada di atas panggung. Rasa malu dan debar di dalam dada dihapuskan seketika. Itu dilakukan semata untuk menghibur penonton dan dirinya sendiri. Dia mengaku, jika para penonton merasa terhibur disitu ada kepuasan tersendiri yang muncul.  Bahkan, semua permasalahan, kesedihan yang dihadapi Ana pribadi juga hilang. ‘’Masalah rasanya hilang seketika kalau sudah dibawa tampil,’’ ungkapnya.
Namun, apapun namanya tantangan dalam professi selalu menghampiri. Tidak selamanya apa yang dipertunjukkan diterima positif penonton. Dari ribuan applause yang diterimanya di atas panggung cemooh dari beberapa kalangan juga sering muncul. Ana pernah dianggap menjatuhkan martabat kaum perempuan lantaran tingkahnya. Padahal, menurutnya apa yang dilakukannya tersebut hanya ekspresi seni semata. ‘’Senyum dan Istighfar saja, selama tidak keluar dari norma-norma yang ada,’’ kenang sulung dua bersaudara itu.
Berbagai pengalaman juga sering dijumpainya di atas panggung. Tak jarang, lantaran khusyuknya Ana menghibur penonton dengan gerakan-gerakan khasnya. Dia mengalami kecelakaan kecil saat tampil, seperti terjatuh dari atas panggung hingga jarik yang dikenakannya sobek. Bahkan, dalam satu kesempatan, dia pernah mengalami kejadian aneh. Sekujur tubuhnya pernah mengalami bentol-bentol selama tiga hari. Menurut paranormal, dirinya pernah salah ucap saat sedang menghibur penonton di Desa Tambakmas, Sukomor. Sehingga menyebabkan kemarahan mahluk halus di sekitar tempat itu. ‘’Setelah meminta maaf di tempat yang sama akhirnya sembuh seketika,’’ kenangnya.
Meski begitu, Ana tak jua kapok menjalani profesinya dibidang seni nyanyi, menari, dan melawak. Dia mencoba berfikir jernih bahwa apa yang dilakukannya semata untuk menghibur penonton sesuai profesinya. Dia berharap, supaya masyarakat tak memandang rendah profesi seorang comedian seperti dirinya. Sebab, peran yang dilakukan di atas panggung semata untuk hiburan dan tuntutan kerja. ‘’Selama yang saya kerjakan itu halal, saya fikir tidak masalah, semoga masyarakat tetap berfikir positif,’’ pungkasnya****