Momen ‘Saling
Mewarnai’
Oke, mari kita
lanjutkan lagi kisah ini…. Hehe… lebay kali…
Banyak hal
yang aku tahu tentang ciwik setelah momen pertemuan itu, cerita dia sebelum
nya, keluarga, saudara, dan profesi…. Hah….
Pertemuan itu
mengkoneksikan dua benang yang sebelumnya belum pernah bertemu. Kedekatan hubungan
kami bisa dibilang seperti pengendara motor dengan helm yang berjalan di
kawasan tertib lalu lintas. Selalu ada, dan tidak akan lengkap jika tak ada dia
bersama ku…. Walau kenyataannya berbeda.
Rutinitas kita di Sabtu sore |
Hubungan kami
memang dekat, tapi tak seintens pertemuan yang kami lakukan.
Pertemuan-pertemuan itu tidak bisa diprediksi. Kadang sering bertemu, kadang
hanya satu minggu sekali, atau malah dalam satu minggu hanya bertemu beberapa
saat. Hanya dalam hitungan jam, dan bisa didikte dengan jari-jari tangan.
Kesibukan kami satu sama lain, membuat hubungan ini lebih terbumbui dengan
kerinduan. Kuat rasa ingin bertemu, tapi ruang gerak tak memungkinkannya.
Memang, ku
akui profesi ku lah yang cenderung
jadi penyebab hal itu. Tapi sebelum hubungan itu terjun dan terjerembab lebih
dalam, aku sudah pernah menjelaskan. Waktu yang kuberikan untuk nya akan
jadi sesuatu yang tak diharapkan. Sebab, rasa tanggung jawab ini menuntutku
untuk mengorbankan yang lain. Sekalipun itu keluarga ku. ‘attention : Ini
kesalahan yang tak bisa dimaafkan nampaknya….
Walau
demikian, hubungan kami tetap bisa langgeng. Setidaknya satu tahun kami lalui
bersama, dalam sisi pemikiran yang sama. Saling mengisi dan berbagi, apa saja,
semuanya…… hampir semuanya…..
Warna warni hubungan yang kujalani dengannya membuat aku full, bulat menyatakan bahwa, ‘I will persist here no matter what happens’…… Untuk membuktikan hal itu, aku melakukan semua upaya yang bisa mewujudkan harapan. Harapan yang terlanjur sudah mulai dilukiskan ke konsep di masa mendatang. Aku dan dia. Kami saling terbuka, satu sama lain, tak ada lagi yang ditutup-tutupi. Bahkan sesuatu yang benar-benar sesyuwatu …….
Hubungan ini
mulai meluas, tak hanya aku dan dia,……
Kerajaan ku di
tanah Jawa mulai mengenal siapa dia, serta alasanku mengenalkan Ciwik ke
mereka. Semua pun bisa menerima, tak ada catatan apapun yang diberikan dari
mereka untuk dia. Hanya sempat timbul pemikiran sesaat dari Ayahanda, sedikit ‘cacat’
yang tak begitu mengganggu ku sebenarnya. Namun, itu hanya berlangsung semalam
saja…… Aku tahu, dia orang yang bijak sana, tak lagi memaksakan kehendak pada
anak-anaknya yang mulai belajar sesaknya kehidupan.
Seolah gayung
bersambut, aku pun mengenalkan diriku pada keluarganya. Mulai dari dua orang
tua Ciwik yang sederhana. Sesederhana hubungan kami,,,, ecciyee…….
Kau selalu tersenyum |
Namun, kesan pertama
yang kuhadirkan nampaknya justru jadi boomerang. Entah apa kesalahan yang
kuperbuat, hingga ‘aku merasa’ jika mereka menilaiku bukan orang yang tepat
untuk sesuatu….. Oke, kuhadapi kenyataan itu dengan santai, fly, dibantu dengan sedikit bumbu-bumbu
tembakau…. Perkenalanku berlanjut ke keluarganya yang lain, mbak, dan pamannya.
Itulah kejawen, meskipun aku merasa nyaman berada ditengah-tengah mereka, tapi
ternyata perasaan sebaliknya dirasakan oleh mereka….. (Sepertinya begitu)… tak
pernah ada penjelasan yang benar-benar jelas untuk yang satu ini.
Selama enam
bulan, aku coba melakukan pendekatan yang nampaknya hampa, semua sia-sia…. Aku tetap
tak mendapatkan restu dari kedua orang tuanya, untuk jadi sesuatu. Entah karena
aku ‘masih kecil’ atau karena profesiku yang dikhawatirkannya tak memberikan
kenyamanan bagi anaknya, atau karena darah Sumatera mengalir dalam daging ini.
dan tetap tersenyum |
Ah,,,sudahlah,
aku menepis semua fikiran negative yang menghantui hubungan ini. Semua momen
suka, duka, tangis, tawa, canda, lucu, susah, kaya, miskin, semuanya kami lalui….
Aku tak pernah berfikir ada penghalang antara kami. Sewajarnya hubungan
sepasang laki-laki dan perempuan ketika menginjak usia 20 an. (^_^).
Tawang Mangu,
Jogjakarta, Madiun Kota dan Kabupaten, Magetan, semua jadi kota sejarah yang
pernah mencatatkan cerita kami sebenarnya. Aku pun makin termotivasi untuk
memenuhi ini itu, persiapan masa depan, termasuk Redbull (Corro) kesayangan….’
Momen-momen
yang pernah kulalui, Spesial Sambal, NSC Sun City Mall, NSC Timbul Jaya Plaza, Matahari,
Stadion Wilis, Liputan Telaga Wahyu, Biro Lawu Magetan, isi kulkas, buah, es
krim, kentang goreng, sirup, susu, keju, etc.
Terakhir, momen
dimana aku yakin bahwa dia benar-benar orang yang tepat, ketika aku terpuruk
jatuh. Sakit, akibat lakalantas yang memberikan tanda fisik di jempol kakiku…..
Sudahlah,, semuanya kenangan….. setelah itu… rasanya tidak banyak yang kuingat.
……to be
continued…..